Rabu, 02 Maret 2011

GUNUNG PEGAT
OLEH: ALIP SUGIANTO*
Tak ada yang menyangka keindahaan Gunung pegat menyimpan sejuta misteri. Gunung indah yang selalu menebarpesona. Gunung pegat terletak diantara deretan pegunungan yang menjulang indah menawan. Ketika melewati sepanjang jalan didesa Bungkal. Pohon-pohon rindang di tepi jalan menemani kendaraan yang lalu lalang melintasi sepanjang jalan di area pegunungan. Gunung kokoh menjulang tinggi menembus awan. Angin berhembus kencang membuat udara dingin merasuk kedalam tulang. Keindahaan Gunung pegat dari kejauhan nampak deretan pegunungan yang mengambarkan sesosok wanita terlentang yang sedang tiduran.
Yang aneh dari gunung pegat ini adalah ketika dilalui orang yang hendak melaksanakan pernikahan, bagi yang melewati jalan tembus ini, maka pernikahannya pasti berujung dengan perpisahan. Ketakutan akan perpisahaan inilah yang membuat orang yang hendak melaksanakan pernikahaan enggan melewati keindahaan Gunung pegat ini.
Konon awal mulanya gunung ini di beri nama gunung pegat karena di jaman pemerintahaan Belanda ketika menjajah bangsa Indonesia. Untuk membuat jalan tembus, untuk menghubungkan dua desa antara desa Bungkal dan Slahung. Harus memisahkan gunung dengan membuat jalan dengan cara membelah gunung menjadi dua bagian, sehingga banyak orang memberi nama gunung pegat. Ketika membuat jalan tembus yang menghubungkan dua desa inilah ribuan nyawa melayang dikarenakan kekejaman dan kenekatan tentara Belanda dengan menyiksa dan memaksa rakyat jelata. Sehingga menambah aura misterius disekitarnya
Tidak ada yang tau awal mulanya mitos-mitos ini muncul berkembang di masyarakat hingga menjadi sebuah pantangan melintasi gunung pegat. Bagi mereka yang ingin melaksanakan pernikahaan. Hendaknya melintasi jalan lain yang lebih jauh, jika tidak ingin pernikahaannya berujung dengan perceraiaan.
Bukankah pernikahaan adalah perbuatan mulia? Dan gunung-gunung menjulang tinggi menandakan kekuasaan sang maha kuasa? Bagaimana gunung di tegakakan? Langit di tinggikan? Seperti yang tersurat dalam kitabnya? Namun kenapa menjadi menakutkan? Seolah masyarakat enggan mengakui keindahaan sang pencipta. Tetapi sebagian orang tidak percaya, gunung pegat tetap jadi primadona tujuan para rombongan pernikahan yang melintasi tanpa peduli mitos-mitos yang mengerikan yang berkembang dalam masyarakat.
Banyak rombongan pernikahaan melintasi gunung pegat. Menikmati panorama keindahaan. Udara sejuk membuat calon pengantin tambah kasmaran. Seolah-olah lupa akan kejadian-kejadian yang mengerikan. Kesenangan dan kebahagian membuat calon pengantin mengabaikan aturan-aturan yang berkembang di masyarakat sekitar.
Banyak rombongan yang menikmati dan menyukai pemandangan gunung pegat. Namun sebagian melarang melintasi gunung pegat. Rasa was-was dan ketakutan bersemayam pada sebagian rombongan. Tapi apa mau dikata rasa penasaran dan keingintahuaan membuat calon pengantin ingin membuktikan.
Semakin berita menakutkan tentang larangan-larangan melintasi gunung pegat dari mulut ke mulut. Semakin banyak orang yang ingin membuktikan. Ketika rombongan pengantin akan melewati gunung pegat banyak orang yang menasehati,”awas! Lebih baik lewat memutar saja meskipun jauh yang penting selamat. Dari pada pernikahanmu nanti berujung dengan perceraiaan!” atau,” jangan memaksa jika tidak ingin keluargamu akan hancur berantakan!” dan macam-macam lagi. tapi rombongan pengantin mengabaikan dan tidak mempercayai tahayul-tahayul yang berkembang. Dan tetap ingin melanjutkan perjalanan melewati gunung pegat. Ketika rombongan melewati di area pegunungan dan memasuki perbatasan mendadak kendaraan yang di tumpangi rombongan mancet di tengah jalan. Orang-orang mulai ketakutan, jangan-jangan mitos ini jadi beneran. Orang-orang berhamburan keluar turun dari kendaraan untuk memeriksa kondisi kendaraan, apa yang terjadi dengan kendaraan bus carteraan.
Ketika penumpang turun dari bus carteran itu, salah seorang sopir memeriksa kendaraan dan semua penumpang dikagetkan ternyata kondisi kendaraan tidak ada yang mengkhawatirkan. Gemparlah sejumlah rombongan. Isu-isu muncul kepermukaan. Darmaji calon pengatin tampak was-was dan ketakutan. Wajahnya mendadak kemerah merahan dan ia mencoba untuk menenangkan para penumpang. Darmaji mencoba menahan rasa ketakutan, ia teguhkan pendirian dan keyakinan. Ia mencoba menguasai keadaan.”tenang saudara-saudara dijaman modern ini kita jangan percaya pada tahayul-tahayul yang berkembang, marilah kita berdoa pada tuhan semoga tidak ada aral melintang.” Doa keselamatan dipanjatkan, Darmaji memimpin doa dengan tenang dan mempersilahkan penumpang untuk kembali kedalam bus carteran. Selang beberapa lama sopir mencoba menghidupkan kendaraan, akhirnya bus dapat berjalan. Kejadian yang mengerikan ada keganjilan dalam perjalanan menjadikan bahan pembicaraan yang terus diulang-ulang.
Sejak dahulu diketahui, keangkeran gunung pegat membuat orang teringat kejadian-kejadian hebat yang sulit ditebak oleh akal pikiran. Tahun lalu ada seorang perempuan lajang di pinggir jalan minta bantuan pada sopir kendaraan yang lewat tengah malam, ketika sopir bertanya mau kemana, sang perempuan menjawab suruh mengantar sampai perbatasan. Sang perempuan lalu duduk di belakang, ketika sopir mengajak percakapan tiba-tiba perempuan itu sudah menghilang. tau-tau sudah di depan berjalan menuju sebuah kerajaan, yang konon itu adalah kerajaan setan. Sang sopir akhirnya melaju kencang dan menabrak pohon di depan. Jaman telah berubah dan berkembang, keangkeran gunung pegat mungkin sedikit berkurang. Dengan banyaknya penerang di pinggir jalan ketika malam. Orang yang awam mengira kejadian mogoknya bus carteran mungkin kejadian yang biasa, tetapi sebagian orang yang percaya itu adalah sebuah peringatan.
Tak lama berselang mendung mendadak petang, awan bergulung–gulung tanda akan turun hujan, dari kejauhan nampak hujan sudah datang menghadang. Bus berjalan perlahan-lahan karena pandangan sopir kabur tak karuan. Hingga ia memutuskan untuk berhenti di tengah jalan. Dari pada nanti masuk jurang karena jalan licin dan bahaya mengancam.
Perasaan Darmaji gelisah, ia resah karena untuk meminang dewi pujaan terhalang berbagai rintangan yang selalu datang menghadang. Ia tidak percaya pernikahannya akan tertunda. Banyak orang mengira ini akibat tidak percaya pada keangkeran gunung pegat. Darmaji nampak kecewa, kenapa ia ingin melakukan perbuatan mulia terus di uji. Bukankah ujian merupakan bentuk kasih sayang maha kuasa kepada para hamba. Sementara itu para undangan tamu, keluarga dan orang tua menasehati Darmaji untuk kembali atau bertanya kepada para pawang disekitar gunung pegat ini untuk mencari solusi. imbauan orang-orang membuat Darmaji naik pitam. Ia tidak percaya pada tahayul, apalagi kepada para dukun yang mendekatkan kepada kemusrikan. Ia lebih baik berdoa agar hujan cepat reda. Setelah sekian lama menunggu hujan perlahan terang dan perjalanan dapat di lanjutkan.
Diam-diam gunung pegat masih melancarkan serangan-serangan balasan dengan munculnya kabut tebal setelah turun hujan. Kabut menyelimuti jalanan sehingga mengakibatkan pemandangan disekitar nampak putih tak kelihatan. Sopir mengendarai dengan hati-hati. Rombongan tiba-tiba panik gaduh seperti demonstran, ribut seperti pasar karena mendengar suara gemuruh datang dari atas gunung pegat. Longsor datang rombongan langsung lari ketakutan, banyak orang-orang berlarian menyelamatkan diri. Bebatuan turun kejalan mengganggu perjalanan.
Sejumlah orang datang memberi bantuan untuk membersihkan jalan, ketika masyarakat sekitar datang, ada salah satu pakar tentang perdukunan. Ia bilang bahwa gunung pegat tidak tingal diam, apabila masih ingin melanjutkan perjalanan nanti akan ada korban yang berjatuhan, penumpang termakan oleh hasutan dan tidak berani melanjutkan perjalanan, ributlah para penumpang terbakar oleh hasutan.
Mendengar omongan pakar perdukunan itu, bukan main kemarahan Darmaji.” Omong kosong!” teriaknya lalu ia meyakinkan para penumpang.” Jangan percaya pada kejadian yang belum terjadi, itu namanya mendahului sang illahi. Apakah kalian semua mau apabila sang kuasa murka pada kalian? Bukankah pernikahan itu perbuatan mulia?. Dan kematian itu rahasia sang pencipta? Lalu siapakah kita yang tahu kehendak sang pencipta? Kenapa kalian harus takut pada omongan yang belum tentu kebenarannya? ” Darmaji meyakinkan para penumpang dengan penjelasan panjang lebar.
Ketika bergotong royong membersihkan jalan dari bebatuan yang menghalang. Tiba-tiba longsor susulan datang disertai batu besar yang seolah-olah mengejar Darmaji. Para penumpang yang mengetahui kejadian itu berteriak-teriak lantang:
“Awaaasss, awas Darmaji! Cepat lariiii!!!”
“Cepat,pergiii!!!
“Awaaas!!!!”
Tapi Darmaji tidak pergi. Ia hadapi, ia berlari mendaki gunung pegat. Ia hadapi batu terjal menghadang, ia ingin temui siapa dalang di balik setiap kejadian. Darmaji tiba-tiba menghilang di telan kabut tebal.

Catatan kaki:
1) Diadaptasi dari puisi K.H.A. Mustofa Bisri, “Perlawanan” dalam buku pahlawan dan tikus ( Yogyakarta, Hikayat : 22 )

Selasa, 01 Maret 2011


Alam adalah jiwaku,kan kudaki dan jelajahi negeri dan dunia ini tanpa kenal lelah. memang banyak jalan menuju sesuatu yang indah dan menakjubkan, namun hanya ada satu jalan yang lebih indah menuju surga, yakni jihad dijalanNYA.

Minggu, 13 Februari 2011


Jadilah Apa Yang Kau Mau
Menjadi karang-lah, meski tidak mudah. Sebab ia 'kan menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab ia 'kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia 'kan melawan bayu yang keras menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia 'kan menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia 'kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus.Sebab ia 'kan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan.
Menjadi pohon-lah yang tinggi menjulang, meski itu tidak mudah. Sebab ia 'kan tatap tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Sebab ia 'kan meliuk halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia 'kan terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Sebab ia 'kan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab ia 'kan menahan gempita hujan yang coba merubuhkan. Sebab ia 'kan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia 'kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia 'kan berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya.
Menjadi paus-lah, meski itu tak mudah. Sebab dengan sedikit kecipaknya, ia akan menggetarkan ujung samudera. Sebab besar tubuhnya 'kan menakutkan musuh yang coba mengganggu. Sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya.
Menjadi elang-lah, dengan segala kejantanannya, meski itu juga tidak mudah. Sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana untuk mengenal medannya. Sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru. Sebab ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh. Sebab ia harus kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya. Sebab ia harus menukik tajam mencengkeram mangsa. Sebab ia harus menjelajah cakrawala dengan kepak sayap yang membentang gagah.
Menjadi melati-lah, meski tampak tak bermakna. Sebab ia 'kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan. Sebab ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar. Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu karena pahami hakikat hidupnya.
Menjadi mutiara-lah, meski itu tak mudah. Sebab ia berada di dasar samudera yang dalam. Sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia. Sebab ia begitu berharga. Sebab ia begitu indah dipandang mata. Sebab ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam.
Menjadi kupu-kupulah, meski itu tak mudah pula. Sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini. Sebab ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan. Sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan, hingga kemudian tiba saat untuk keluar.
Karang akan hadapi hujan, terik sinar mentari, badai, juga gelombang.Elang akan menembus lapis langit, mengangkasa jauh, melayang tinggi dan tak pernah lelah untuk terus mengembara dengan bentangan sayapnya.Paus akan menggetarkan samudera hanya dengan sedikit gerakan. Pohon akan hadapi petir, deras hujan, silau matahari, namun selalu berusaha menaungi.Melati ikhlas 'tuk selalu menerima keadaannya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain dengan segala kecantikannya. Kupu-kupu berusaha bertahan, meski saat-saat diam adalah kejenuhan.
Mutiara tak memudar kelam, meski pekat lingkungan mengepungnya di kiri-kanan, depan dan belakang. Tapi karang menjadi kokoh dengan segala ujian.Elang menjadi tangguh, tak hiraukan lelah tatkala terbang melintasi bermilyar kilo bentang cakrawala. Paus menjadi kuat dengan besar tubuhnya dalam luas samudera.Pohon tetap menjadi naungan meski ia hadapi beribu gangguan. Melati menjadi bijak dengan dada yang lapang, dan justru terlihat indah dengan segala kesederhanaan. Mutiara tetap bersinar dimanapun ia terletak, dimanapun ia berada. Kupu-kupu hadapi cerah dunia meskipun lalui perjuangan panjang dalam kesendirian.
Menjadi apapun dirimu…, bersyukurlah selalu. Sebab kau yang paling tahu siapa dirimu. Sebab kau yakini kekuatanmu. Sebab kau sadari kelemahanmu. Jadilah karang yang kokoh, elang yang perkasa, paus yang besar, pohon yang menjulang dengan akar menghujam, melati yang senantiasa mewangi, mutiara yang indah, kupu-kupu, atau apapun yang kau mau. Tapi, tetaplah sadari bahwa kita adalah hambaNya. …..

Pola Adu Domba Media Kristen?


*



Mereka menggunakan pola adu domba. Persis seperti ketika Belanda mempertahankan penjajahan mereka terhadap Indonesia. Pola ‘devide et impera’ menjadi sebuah pola yang dipandang efektif. Mengadu domba antara penguasa lokal yang pro-Belanda dengan yang menentang Belanda.

Konflik antara yang pro Belanda dan yang menentang Belanda itu, sangat efektif yang akhirnya melemahkan kekuatan yang menentang Belanda, tanpa Belanda harus berkorban untuk mempertahankan penjajahan mereka terhadap daerah jajahahannya seperti Indonesia.

Sekarang ini, walaupun dalam esensi yang berbeda, tetapi mereka memiliki kesamaan pola, yang menggunakan unsur-unsur dalam Islam, yang digunakan untuk ‘menghantam’ dan ‘menghabisi’ orang-orang Islam, organisasi Islam, yang tidak sejalan dengan pandangan mereka, dan dianggap menjadi ancaman bagi kepentingan mereka.

Misalnya, ketika mereka menghadapi kasus yang terjadi di Cikeusik dan Temanggung, mereka berusaha menjadikan sumber dari kalangan ‘tokoh-tokoh Islam’, yang kemudian mereka wawancarai, dan digunakan untuk menghantam pemerintah dengan opini: "Tidak Tegas Ormas Melakukan Kekerasan".

Bagaimana media-media Kristen dan sekuler, terus-menerus ‘meneror’ pemerintah dengan memborbardir opini yang konsisten untuk merontokkan moral pemerintah, yang kemudian mereka mengharapkan agar pemerintah mengambil kebijakan seperti yang mereka kehendaki.

Mula-mula media-media Kristen itu, memuat judul berita utama, sesudah peristiwa Cikeusik dan Temanggung itu, dengan judul : “SBY : Bubarkan Ormas Perusuh”. (Kompas/10/2). Dibawah judul, diberi anak kalimat : “Jika ada kelompok dan organisasi resmi yang selama ini terus melakukan kekerasan, maka kepada penegak hukum agar dicarikan jalan yang sah atau legal, jika perlu dilkakukan pembubaran”. Ini pernyataan Presiden SBY yang dikutip harian Kompas.

Tetapi mereka masih belum puas dengan pernyataan Presiden SBY, dan mereka bertambah kerasa melakukan tekanan, dan diikuti dengan sejumlah opini yang dimunculkan dari kalangan tokoh Islam.

Seperti wawancara dengan seorang tokoh Partai PPP, Lukman Hakim Saifuddin, yang juga menjadi wakil ketua MPR, dan sengaja diturunkan menjadi sebuah berita utama : “Kebinekaan Pun Terancam”, “Pemerintah Diminta Tegas Tangani Kekerasan”. (Kompas, 14/2).

Dibawah judul berita utama itu, terdapat kalimat-kalimat : “Kekerasan atas nama agama atau apapun merupakan ancaman terhadap Bhineka Tunggal Ika. Di tengah kondisi politik dan ekonomi yang belum menentu, kesadaran tentang kebinekaan, seharusnya menjadi benteng terakhir”.

Lalu dikutip pernyataan Lukman Hakim, yang menjadi salah satu Ketua PPP, itu antara lain : “Penegakkan hukum yang tegas menjadi kunci utama agar kasus-kasus itu (kekerasan) tidak menganggu keberagaman,yang merupakan fakta obyektif bangsa Indonesia”, ucap Lukman Hakim Saifuddin.

Selain itu, juga dikutip Yudi Latif, yang mantan Rektor Universitas Paramadina, dan sekarang mendirikan Reform Institute, yang dalam wawancaranya di harian Kompas (14/2), menyatakan, “Namun, seringkali negara bukan saja gagal melindungi keragaman, melainkan justru memanfaatkan atau membiarkan kekerasan yang diakibatkan oleh keberagaman itu untuk kepentingan jangka pendek”, ujar Yudi.

Demikian pula, pendapat tokoh Nahdathul Ulama dan Muhammadiyah, Hasyim Muzadi dan Piet Chaidir, yang meminta, bahwa aparat penegak hukum, harus bertindak tegas, terhadap pelaku kekerasan, pasti ujungnya adalah bukan hanya pemenjaraan, tetapi yang lebih esensial, tak l ain, pembubaran ormas Islam, yang dianggap menjadi ancaman.

Mereka juga sering menggukan hanya tokoh-tokoh Islam yang dianggap bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang penting dan mendasar bagi mereka, tetapi, juga menggunakan kelompok LSM Islam, seperti Wahid Institute, Ma’arif Institute, mereduksi dan menghancurkan kelompok-kelompok Islam, yang mereka anggap melakukan kekerasan yang membahayakan.

Kalangan Kristen melalui para tokoh-tokoh meraka, berhasil ‘mengandangi’ tokoh-tokoh Islam, seperti Din Syamsudin dn Hazim Muzadi, dan sejumlah tokoh lainnya, dan melaui wadah seperti organisasi “Lintas Agama”, atau menggunakan “Dialog Antar Iman”, serta ada “World Religion For Paece”, dan mereka berhasil.

Belum lama ini mereka melangsungkan pertemuan di kantor PP Muhammadiyah, para tokoh agama, dan mengangkat isu bahwa pemerintahan Presiden SBY adalah bohong. Pernyataan SBY berbuat “bohong’, kemudian mereka meledakkan isu itu melaui jaringan media mereka. Isu yang diangkat Presiden SBY berbuat bohong, yang gegap gempita itu, membuat Presiden SBY menjadi jatuh terduduk. Akhirnya, Presiden SBY mengundang para tokoh agama, dan sesudah bertemu dengan Presiden SBY di Istana Merdeka, mereka berani menunjuk-nunjuk Presiden, ujar seorang menteri. Ini sungguh luar biasa mereka.

Tetapi, sudah dapat dibaca apa yang mereka tuntut, tak laih hanyalah menghapus SKB Tiga Menteri, yang mengatur pendirian tempat ibadah. Mereka merasa tidak bebas mendirikan gereja di sembarang tempat. Mereka tidak dapat mengajarkan dan mewartakan agama mereka kepada semua orang di negeri ini.

Adanya SKB itu mereka pandang sebagai hal yang melanggar fundamental kebebasan beragama. Melanggar hak-hak dasar manusia, yang berkaitan beragama. Mereka tidak ingin adanya pembatasan dengan berbagai aturan yang ada. Inilah inti masalah yang dengan pernak-perniknya yang mereka lakukan, dan menggunakan dengan berbagai cara dan pembentukan opini.

Jika segala aturan yang ada, yang ingin mengatur harmoni kehidupan umat beragama ini dicabut, seperti adanya SKB, dan setiap individu dan setiap orang melakukan apa saja, maka itulah yang akan mengakibatkan kehancuran.

Sebenarnya, jika tidak menginginkan kekerasan terjadi, aspirasi dan pendapat para tokoh Islam dan ormas Islam seharusnya diakomodasi. Sebaliknya, tidak ditolak sesudah mengemukakan pandangan dan pendapatnya dengan tata cara yang lazim. Faktanya, selalu ditolak, dan tidak dihargai. Kemudian apa yang harus dilakukan para ulama, pemimpin ormas Islam di negeri ini? Membiarkan gereja berdiri di tempat-tempat orang Islam, tanpa batasan?

Dulu, ketika awal Republik ini akan berdiri, ketika akan menentukan dasar negara, yang sekarang dikenal dengan Pancasila, para pemimpin islam ingin memasukkan ‘tujuh kata’ dalam Pancasila/UUD’45, yang dikenal dengan "Piagam Jakarta atau Jakarta Charter", tetapi ditolak oleh golongan Kristen, dan menyatakan akan memisahkan diri. Tidak bergabung dengan Republik.

Dari awal sudah ada benih-benih yang mendasari sikap mereka untuk tidak mau menerima kenyataan dan konsensus, bahwa di negeri ini yang mayoritas adalah umat Islam.

Umat Islam di Indonesia sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Ekonomi berada di tangan golongan Cina. Politik juga bukan berada di tangan golongan Islam, karena mereka tidak dapat melaksanakan keyakinan mereka. Sekarang keyakinan pun mau digusur. Harus menganut keyakinanl semua agama “sama”. Alias menganut paham pluralisme. Tidak boleh melakukan kekerasan. Padahal, umat Islam sudah berulang kali mengedepankan dialog dan menjunjung tinggi nilai-nilai harmoni, tetapi golongan lainnya, tak menyambutnya.

Tetapi, sekarang justeru golongan Islam yang disudutkan, sebagai kelompok yang suka melakukan kekerasan.

Siapa yang mekukan agresi ke Irak, dan membunuhi jutaan rakyat Irak? Siapa yang melakukan agresi ke Afghanistan, dan membunuhi rakyat di negeri yang miskin itu? Apa kesalahan rakyat Palestina, sampai sekarang terus dibunuhi oleh Israel?

Apa yang terjadi di negeri ini yang dialami oleh umat Islam? Ribuan orang Islam (Madura) dibantai di Kalimatan Barat dan Tengah? Adakah mereka menuduh yang melakukan pembunuhan terhadap umat Islam (Madura)melakukan kekerasan dan dituntut untuk ditindak tegas?

Adakah umat islam ini sebagai penjahat, yang harus dikutuk, dan dihancurkan? Adakah umat Islam tidak berhak melaksanakan keyakinannya, dan meninggalkan keyakinan, dan men gatakan semua agama itu sama? Wallahu’alam.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites