Rabu, 02 Maret 2011

GUNUNG PEGAT
OLEH: ALIP SUGIANTO*
Tak ada yang menyangka keindahaan Gunung pegat menyimpan sejuta misteri. Gunung indah yang selalu menebarpesona. Gunung pegat terletak diantara deretan pegunungan yang menjulang indah menawan. Ketika melewati sepanjang jalan didesa Bungkal. Pohon-pohon rindang di tepi jalan menemani kendaraan yang lalu lalang melintasi sepanjang jalan di area pegunungan. Gunung kokoh menjulang tinggi menembus awan. Angin berhembus kencang membuat udara dingin merasuk kedalam tulang. Keindahaan Gunung pegat dari kejauhan nampak deretan pegunungan yang mengambarkan sesosok wanita terlentang yang sedang tiduran.
Yang aneh dari gunung pegat ini adalah ketika dilalui orang yang hendak melaksanakan pernikahan, bagi yang melewati jalan tembus ini, maka pernikahannya pasti berujung dengan perpisahan. Ketakutan akan perpisahaan inilah yang membuat orang yang hendak melaksanakan pernikahaan enggan melewati keindahaan Gunung pegat ini.
Konon awal mulanya gunung ini di beri nama gunung pegat karena di jaman pemerintahaan Belanda ketika menjajah bangsa Indonesia. Untuk membuat jalan tembus, untuk menghubungkan dua desa antara desa Bungkal dan Slahung. Harus memisahkan gunung dengan membuat jalan dengan cara membelah gunung menjadi dua bagian, sehingga banyak orang memberi nama gunung pegat. Ketika membuat jalan tembus yang menghubungkan dua desa inilah ribuan nyawa melayang dikarenakan kekejaman dan kenekatan tentara Belanda dengan menyiksa dan memaksa rakyat jelata. Sehingga menambah aura misterius disekitarnya
Tidak ada yang tau awal mulanya mitos-mitos ini muncul berkembang di masyarakat hingga menjadi sebuah pantangan melintasi gunung pegat. Bagi mereka yang ingin melaksanakan pernikahaan. Hendaknya melintasi jalan lain yang lebih jauh, jika tidak ingin pernikahaannya berujung dengan perceraiaan.
Bukankah pernikahaan adalah perbuatan mulia? Dan gunung-gunung menjulang tinggi menandakan kekuasaan sang maha kuasa? Bagaimana gunung di tegakakan? Langit di tinggikan? Seperti yang tersurat dalam kitabnya? Namun kenapa menjadi menakutkan? Seolah masyarakat enggan mengakui keindahaan sang pencipta. Tetapi sebagian orang tidak percaya, gunung pegat tetap jadi primadona tujuan para rombongan pernikahan yang melintasi tanpa peduli mitos-mitos yang mengerikan yang berkembang dalam masyarakat.
Banyak rombongan pernikahaan melintasi gunung pegat. Menikmati panorama keindahaan. Udara sejuk membuat calon pengantin tambah kasmaran. Seolah-olah lupa akan kejadian-kejadian yang mengerikan. Kesenangan dan kebahagian membuat calon pengantin mengabaikan aturan-aturan yang berkembang di masyarakat sekitar.
Banyak rombongan yang menikmati dan menyukai pemandangan gunung pegat. Namun sebagian melarang melintasi gunung pegat. Rasa was-was dan ketakutan bersemayam pada sebagian rombongan. Tapi apa mau dikata rasa penasaran dan keingintahuaan membuat calon pengantin ingin membuktikan.
Semakin berita menakutkan tentang larangan-larangan melintasi gunung pegat dari mulut ke mulut. Semakin banyak orang yang ingin membuktikan. Ketika rombongan pengantin akan melewati gunung pegat banyak orang yang menasehati,”awas! Lebih baik lewat memutar saja meskipun jauh yang penting selamat. Dari pada pernikahanmu nanti berujung dengan perceraiaan!” atau,” jangan memaksa jika tidak ingin keluargamu akan hancur berantakan!” dan macam-macam lagi. tapi rombongan pengantin mengabaikan dan tidak mempercayai tahayul-tahayul yang berkembang. Dan tetap ingin melanjutkan perjalanan melewati gunung pegat. Ketika rombongan melewati di area pegunungan dan memasuki perbatasan mendadak kendaraan yang di tumpangi rombongan mancet di tengah jalan. Orang-orang mulai ketakutan, jangan-jangan mitos ini jadi beneran. Orang-orang berhamburan keluar turun dari kendaraan untuk memeriksa kondisi kendaraan, apa yang terjadi dengan kendaraan bus carteraan.
Ketika penumpang turun dari bus carteran itu, salah seorang sopir memeriksa kendaraan dan semua penumpang dikagetkan ternyata kondisi kendaraan tidak ada yang mengkhawatirkan. Gemparlah sejumlah rombongan. Isu-isu muncul kepermukaan. Darmaji calon pengatin tampak was-was dan ketakutan. Wajahnya mendadak kemerah merahan dan ia mencoba untuk menenangkan para penumpang. Darmaji mencoba menahan rasa ketakutan, ia teguhkan pendirian dan keyakinan. Ia mencoba menguasai keadaan.”tenang saudara-saudara dijaman modern ini kita jangan percaya pada tahayul-tahayul yang berkembang, marilah kita berdoa pada tuhan semoga tidak ada aral melintang.” Doa keselamatan dipanjatkan, Darmaji memimpin doa dengan tenang dan mempersilahkan penumpang untuk kembali kedalam bus carteran. Selang beberapa lama sopir mencoba menghidupkan kendaraan, akhirnya bus dapat berjalan. Kejadian yang mengerikan ada keganjilan dalam perjalanan menjadikan bahan pembicaraan yang terus diulang-ulang.
Sejak dahulu diketahui, keangkeran gunung pegat membuat orang teringat kejadian-kejadian hebat yang sulit ditebak oleh akal pikiran. Tahun lalu ada seorang perempuan lajang di pinggir jalan minta bantuan pada sopir kendaraan yang lewat tengah malam, ketika sopir bertanya mau kemana, sang perempuan menjawab suruh mengantar sampai perbatasan. Sang perempuan lalu duduk di belakang, ketika sopir mengajak percakapan tiba-tiba perempuan itu sudah menghilang. tau-tau sudah di depan berjalan menuju sebuah kerajaan, yang konon itu adalah kerajaan setan. Sang sopir akhirnya melaju kencang dan menabrak pohon di depan. Jaman telah berubah dan berkembang, keangkeran gunung pegat mungkin sedikit berkurang. Dengan banyaknya penerang di pinggir jalan ketika malam. Orang yang awam mengira kejadian mogoknya bus carteran mungkin kejadian yang biasa, tetapi sebagian orang yang percaya itu adalah sebuah peringatan.
Tak lama berselang mendung mendadak petang, awan bergulung–gulung tanda akan turun hujan, dari kejauhan nampak hujan sudah datang menghadang. Bus berjalan perlahan-lahan karena pandangan sopir kabur tak karuan. Hingga ia memutuskan untuk berhenti di tengah jalan. Dari pada nanti masuk jurang karena jalan licin dan bahaya mengancam.
Perasaan Darmaji gelisah, ia resah karena untuk meminang dewi pujaan terhalang berbagai rintangan yang selalu datang menghadang. Ia tidak percaya pernikahannya akan tertunda. Banyak orang mengira ini akibat tidak percaya pada keangkeran gunung pegat. Darmaji nampak kecewa, kenapa ia ingin melakukan perbuatan mulia terus di uji. Bukankah ujian merupakan bentuk kasih sayang maha kuasa kepada para hamba. Sementara itu para undangan tamu, keluarga dan orang tua menasehati Darmaji untuk kembali atau bertanya kepada para pawang disekitar gunung pegat ini untuk mencari solusi. imbauan orang-orang membuat Darmaji naik pitam. Ia tidak percaya pada tahayul, apalagi kepada para dukun yang mendekatkan kepada kemusrikan. Ia lebih baik berdoa agar hujan cepat reda. Setelah sekian lama menunggu hujan perlahan terang dan perjalanan dapat di lanjutkan.
Diam-diam gunung pegat masih melancarkan serangan-serangan balasan dengan munculnya kabut tebal setelah turun hujan. Kabut menyelimuti jalanan sehingga mengakibatkan pemandangan disekitar nampak putih tak kelihatan. Sopir mengendarai dengan hati-hati. Rombongan tiba-tiba panik gaduh seperti demonstran, ribut seperti pasar karena mendengar suara gemuruh datang dari atas gunung pegat. Longsor datang rombongan langsung lari ketakutan, banyak orang-orang berlarian menyelamatkan diri. Bebatuan turun kejalan mengganggu perjalanan.
Sejumlah orang datang memberi bantuan untuk membersihkan jalan, ketika masyarakat sekitar datang, ada salah satu pakar tentang perdukunan. Ia bilang bahwa gunung pegat tidak tingal diam, apabila masih ingin melanjutkan perjalanan nanti akan ada korban yang berjatuhan, penumpang termakan oleh hasutan dan tidak berani melanjutkan perjalanan, ributlah para penumpang terbakar oleh hasutan.
Mendengar omongan pakar perdukunan itu, bukan main kemarahan Darmaji.” Omong kosong!” teriaknya lalu ia meyakinkan para penumpang.” Jangan percaya pada kejadian yang belum terjadi, itu namanya mendahului sang illahi. Apakah kalian semua mau apabila sang kuasa murka pada kalian? Bukankah pernikahan itu perbuatan mulia?. Dan kematian itu rahasia sang pencipta? Lalu siapakah kita yang tahu kehendak sang pencipta? Kenapa kalian harus takut pada omongan yang belum tentu kebenarannya? ” Darmaji meyakinkan para penumpang dengan penjelasan panjang lebar.
Ketika bergotong royong membersihkan jalan dari bebatuan yang menghalang. Tiba-tiba longsor susulan datang disertai batu besar yang seolah-olah mengejar Darmaji. Para penumpang yang mengetahui kejadian itu berteriak-teriak lantang:
“Awaaasss, awas Darmaji! Cepat lariiii!!!”
“Cepat,pergiii!!!
“Awaaas!!!!”
Tapi Darmaji tidak pergi. Ia hadapi, ia berlari mendaki gunung pegat. Ia hadapi batu terjal menghadang, ia ingin temui siapa dalang di balik setiap kejadian. Darmaji tiba-tiba menghilang di telan kabut tebal.

Catatan kaki:
1) Diadaptasi dari puisi K.H.A. Mustofa Bisri, “Perlawanan” dalam buku pahlawan dan tikus ( Yogyakarta, Hikayat : 22 )

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites