Jumat, 09 April 2010

NGOPI

NGOPI

OLEH: ALIP SUGIANTO*)

Ngopi, istilah ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Ponorogo, bahkan sekarang sudah menjadi budaya ngopi. Banyaknya jenis warung kopi, mulai dari warung kopi asli Ponorogo (lesehan) maupun pendatang (angkringan) yang mudah kita temui menunjukan bahwa animo masyarakat terhadap warung kopi sangat tinggi. Baik bagi kalangan remaja maupun orang tua. Banyak alasan kenapa warung kopi digemari, tempat yang santai, harga relative murah dan tersedianya berbagai fasilitas seperti tv (acara nonton bareng), permainan karambol dan catur sering menjadi alasan kenapa memilih warung kopi sebagai tempat melepas lelah (refresing).

Ngopi memang mengasikkan apalagi di nikmati bersama teman dan kolega. Ngobrol, diskusi ataupun silaturohmi dan di sinilah tempat yang paling murah untuk makan dan minum. Warung kopi sekarang menjadi tempat yang serba guna, bahkan dikota-kota besar sekarang menyediakan hotspot area, yang rata-rata pengunjungnya mahasiswa. Mereka dapat memanfaatkan warung kopi sebagai tempat untuk belajar sambil santai. Dan konon katanya ulama besar Hasan Al Banna, mengunakan tempat warung kopi sebagai sarana berdakwah.

Namun sebagian orang beranggapan budaya ngopi hanya sekedar membuang waktu, budaya malas. Hal ini sekiranya tergantung setiap individu masing-masing, bagaimana mereka memanfaatkan waktu saat ngopi. Kalau kita renungkan setiap aktivitas apapun tidak terlepas dari waktu, termasuk ngopi. Tapi bagaimanakah supaya waktu ngopi tidak terbuang dengan rugi?.maka konsekuensinya ialah kita memanfaatkan dengan hal yang bermanfaat Karena warung kopi adalah sebagai media yang tidak hanya tempat tongkrongan saja. Karena disinilah tempat, sarana informasi, bahkan tempat sosialisasi yang mudah dan merakyat khususnya bagi para calon pejabat.

Ngopi terkadang membuat lupa akan waktu. Maka dari itu kita harus bisa memanfaatkan waktu ketika ngopi dan apabila kita tidak bisa memanfaatkan dengan baik waktu ngopi, tentu kita akan rugi. Karena waktu dibiarkan berlalu tanpa memperoleh sesuatu yang lebih bermanfaat, pepatah arab mengatakan waktu adalah emas: al-waqtu qimatuhu al dzahab dan orang jepang mengatakan waktu adalah pedang, jika kita mengibaratkan warung kopi sebilah pedang. Tentu jika kita tidak bisa mengatur waktu dengan baik ketika ngopi, seperti hanya rasan-rasan, membicarakan keburukan orang tentu kita akan terhunus pedang karena tidak bisa memainkan dengan baik waktu ketika kita sedang ngopi.

Dan jika kita lihai mengunakan pedang (waktu ngopi) tentu kita akan selamat dari bahaya (tidak rugi) karena “demi masa, sesungguhnya manusia dalam keruguan, kecuali orang-orang beriman dan beramal shalih dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran mengerjakan amal saleh Al Ashr (1-3) ayat tersebut mengingat akan pentingnya waktu. Meskipun kita sedang ngopi, tidak seharusnyalah kita membuang waktu dengan percuma, agar kita tidak rugi seperti disebutkan ayat tersebut. Kecuali kita gunakan dengan hal bermanfaat ketika ngopi.

Ngopi alangkah baiknya jika ditemani dengan aktifitas lainnya yang bersifat positif. Jadi tidak hanya sekedar ngopi, tapi kita memperoleh hal lain yang dapat kita manfaatkan lebih besar dari pada sekedar ngopi, ngopi hanya sebagai sarana selain santai tapi juga berdaya guna. Ngopi why not ?.

*ALIP SUGIANTO adalah Sekretaris Forum Lingkar Pena (FLP) Ponorogo dan di komunitas PENA MUDA

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites